Filep Jacob Samuel Karma, salah seorang tahanan politik yang di tahan sejak tanggal 1 des 2004 (foto: Jerry R) |
Salam
sejahtera, salam persaudaraan, salam kasih !
Jayapura,supinemelanesia.blogspot.com --
30 November 2015.
Pada
tanggal 19 November 2015, saya, Filep Jacob Semuel Karma telah dikeluarkan
secara paksa dari Lapas Abepura. Proses pengeluaran saya secara paksa ini
terjadi pada hari Rabu, 18 November 2015, pukul 13.00 – 14.30. Saya ditekan
secara psikologis dan tidak diberikan kesempatan untuk berbicara dengan
pengacara. Saya hanya diberi waktu 1 (satu) jam untuk berpikir di hadapan Johan
Jarangga (Kepala Divisi Lapas Kanwil Kemenkumham Papua), Bagus Kurniawan
(Kepala Lapas) dan beberapa staf Lapas lainnya.
Kronologis
Rabu, 18 November 2015, pukul 13.00 – 14.30
– Saya dipanggil oleh Hanafi (Kasibinadik Lapas Abepura) melalui Irianto Pakombong, seorang staf Lapas Abepura.
– Dalam ruang kerjanya, Hanafi membacakan kutipan surat yang menurutnya dari Dirjen Pemasyarakatan Kemenkumham tentang Daftar Nama Penerima Remisi Dasawarsa, termasuk saya, Filep Karma (3 bulan remisi) disaksikan oleh Irianto Pakombong.
– Kemudian Johan Jarangga, Bagus Kurniawan dan beberapa staf Lapas dan Kanwil Kemenkumham Papua masuk ke ruang kerja Hanafi.
– Mereka menekan saya untuk keluar dari Lapas hari itu juga, 1 jam setelah kutipan surat yang disebut dari Dirjen Pemasyarakatan Kemenkumham dibacakan.
– Sampai dengan saya keluar dari Lapas, saya tidak diberikan tembusan atau copy surat yang disebut dari Dirjen Pemasyarakatan Kemenkumham Negara Kolonial Rasialis Indonesia tentang Daftar Nama Penerima Remisi Dasawarsa yang memuat nama saya, Melihat atau membacanya pun tidak. Hingga saat ini, saya meragukan Surat Keputusan yang menjadi dasar mengeluarkan saya dari Lapas Abepura.
Pada tahun 2005 pun, Surat Keputusan Kasasi Mahkamah Agung juga tidak pernah diserahkan kepada saya. Saya hanya menerima selembar copy dari Facsimile yang tidak jelas dan sangat meragukan yang digunakan untuk menahan saya.
– Saya protes, karena menganggap ini adalah perlakuan yang tidak manusiawi. Namun saya hanya diberikan waktu satu hari sebelum dikeluarkan secara paksa dari Lapas Abepura pada tanggal 19 November 2015.
Proses
pengeluaran saya ini sangat tidak manusiawi. Sebab binatang yang dipelihara
sekalipun, sebelum di lepas ke alam bebas, perlu waktu beradaptasi. 11 tahun
saya ditahan di Lapas, namun saya tidak diberikan waktu untuk beradaptasi.
Apakah saya, seorang manusia Papua tidak lebih berharga daripada binatang?
Dengan
demikian, saya menyatakan :
1.Saya tetap berpegang pada surat saya tanggal 15 Agustus 2015, yang isinya adalah penolakan saya terhadap semua pemberian remisi sejak masuk Lapas tahun 2004 sampai saat ini.
1.Saya tetap berpegang pada surat saya tanggal 15 Agustus 2015, yang isinya adalah penolakan saya terhadap semua pemberian remisi sejak masuk Lapas tahun 2004 sampai saat ini.
2.
Saya dipaksa masuk penjara dengan Surat Keputusan yang tidak jelas dan dipaksa
keluar dengan surat yang tidak jelas pula. Negara Kolonial Rasialis Indonesia
telah berupaya menghancurkan kredibilitas saya dengan berbagai cara demi
pencitraan dan wibawa Pemerintah Negara Kolonial Rasialis Indonesia.
3.
Perilaku aparatur Negara adalah cermin perilaku pemerintah dan Negara.
Pembunuhan dan perlakuan sewenang-wenang terhadap rakyat Papua selama 54 tahun,
Pembunuhan orang-orang yang dituduh sebagai anggota PKI, Kasus Talangsari,
Kasus Tanjung Priok, pembunuhan Munir, pembunuhan Marsinah, kasus lumpur
Lapindo menunjukkan bahwa Pemerintah Indonesia adalah pemerintah yang kejam dan
tidak beradab terhadap rakyat jajahannya maupun rakyatnya sendiri.
4.
Pembebasan saya ini bukanlah itikad baik atau kebijakan pemerintah kolonial
rasialis Indonesia, seperti disebutkan oleh Paulus Waterpauw, Kapolda Papua
yang saya anggap sebagai antek penjajah di atas Tanah Papua. Pembebasan saya
ini terjadi karena tekanan internasional terhadap negara kolonial rasialis
Indonesia yang terus menerus melakukan kejahatan kemanusiaan dan pelanggaran
Hak Asasi Manusia terhadap rakyat jajahannya di West Papua maupun rakyatnya
sendiri.
Sebagai seorang aparat penegak hukum, sebaiknya Saudara Paulus Waterpauw melakukan tanggungjawabnya untuk menangkap para Orang Tak Dikenal (OTK) mapun aparat pelaku penembakan masyarakat sipil yang terus menerus membunuh rakyat bangsa Papua, daripada mengurus ideologi pembebasan Papua yang saya yakini. Ideologi itu TAK AKAN PERNAH MATI !
Pada 8 Desember 2014, belasan orang tertembak di Enarotali ketika menanyakan penganiayaan dua pemuda yang diduga dilakukan oknum anggota TNI. Empat pemuda tewas dalam insiden ini.
Kemudian Juli lalu, seorang pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) Yoteni Agapa tewas ditembak aparat keamanan di Ugapuga, Dogiyai. Sedangkan, Melianus Mote terluka akibat tikaman sangkur di tangannya. Selanjutnya, 17 Juli 2015 di Tolikara ketika insiden salat Ied Idul Fitri, Endi Wanimbo (15) tewas tertembak dan belasan orang lainnya terluka. Sebagian besar korban luka adalah anak-anak berusia sekolah. Awal Agustus enam anggota Brimob menyerang seorang pemuda hingga tewas, awal Agustus.
Sebelum ditembak, korban sempat mengalami
penganiayaan. Aksi penembakan di Koperapoka, Timika, akhir Agustus juga
menewaskan dua pemuda, yakni Herman Mairimau dan Yulianus Okoware serta melukai
lima lainnya. Kemudian, penembakan yang terjadi di Gorong-Gorong, Timika
sehingga menewaskan Kaleb Bagau dan melukai Fernando Saborefek.
10 pemuda bangsa Papua tewas ditembak dalam waktu 10 bulan. Ini yang harus diurus oleh Saudara Paulus Waterpauw.
5.
Saya tidak pernah takut dan mundur dari hukuman penjara sebesar apapun demi
cita-cita pembebasan dan kemerdekaan bangsa dan negara saya, West Papua.
6.
Saat ini saya masih dalam masa adaptasi dan recovery setelah dikeluarkan dari
Lapas Abepura. Dalam waktu dekat, saya akan melakukan medical check-up untuk
memeriksa kondisi fisik saya. Namun perjuangan Hak Asasi Manusia dan Hak
Kebebasan Menyampaikan Pendapat secara damai tetap akan saya lakukan.
Pada
akhirnya, saya ingin menyampaikan terima kasih kepada rekan-rekan pers. Apa
yang terjadi pada hari ini, selain karena Kuasa Tuhan, juga karena jasa dan
kerjasama rekan-rekan pers selama ini.
MAJU,
BERJUANG, REBUT, MERDEKA DAN JAYALAH BANGSAKU, WEST PAPUA
Filep Jacob Semuel Karma
0 komentar:
Posting Komentar